Written by Admin on . Hits: 648

Dra. Hj. Nur Fadhilatin; Syukur Sebagai Sarana “Taqarrub”

Jepara | www.pa-jepara.net

Manusia tidak akan pernah merasa cukup karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna, dari ketidak sempurnaan itu manusia harus mensyukuri terhadap apa yang telah ia miliki, karena orang lain belum tentu memilikinya. Di zaman yang serba moderen ini banyak sekali orang yang tidak merasa puas atau merasa cukup baik dalam segi harta maupun jabatan. Banyak orang yang hanya memikirkan hal duniawi saja, sedang mereka lupa akan hal akhirat.

IMG 6289

Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang menggunakan waktunya untuk mencari kesenangan di dunia saja akan tetapi untuk hal akhirat hanya memberikan waktu sisanya saja. Dalam hal ini, aspek yang paling sering kita lupakan dalam kehidupan sehari-harinya adalah ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan kepada kita.

Syukur adalah sebuah ungkapan terimakasih dengan hati, lisan dan di refleksikan dengan perbuatan baik di hadapan Allah. Rasa syukur kita kepada Allah, tidaklah cukup hanya dengan ucapan alhamdulilah. Namun, kita juga harus melengkapi dengan ketaatan kita pada perintah-perintah Allah. Bersyukur adalah sebuah keharusan bagi manusia kepada Allah yang telah melimpahkan nikmat-nikmatnya kepada mereka.

Nikmat-nikmat Allah yang telah di berikan kepada manusia tidak bisa kita hitung satu persatu, karena begitu banyaknya. Sehingga telah di jelaskan oleh Allah didalam Al-Qur’an, surat Ibrahim, ayat 34.

Artinya : dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).

Manusia hanyalah makhluk yang fakir, yang tidak memiliki suatu apappun. Pada hakekatnya hanya Allah yang pantas menyandang gelar kaya, karena segala yang di miliki oleh manusia hanya titipan dan amanah dari Allah serta bersifat sementara. Pentingnya rasa syukur kita pada Allah juga akan berdampak positif bagi orang yang mahu bersyukur, karena nikmatnya akan terus di tambah. Firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 7 :

Artinya : dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Dalam ayat ini (surat Ibrahim ayat 7) ada syarat dan ada jawab, jadi maksud yang terkandung didalamnya adalah ketika manusia bersyukur, maka Allah akan menambahkan nikmat-Nya, tetapi sebaliknya jika manusia kufur dengan nikmat-nikmatNya, maka akan diancam dengan adzab Allah yang sangat pedih. Itulah yang menjadi jawaban kenapa Allah melarang manusia kufur atas nikmat-Nya.

Allah menjelaskan bahwa orang yangg beribadah secara formalitas dalam bentuk shalat yang tidak khusyu', tilawah Al-qur'an tanpa tadabbur dan tanpa menghadirkan hati, infak untuk meraih popularitas, zikir yang riya', dan semua ibadah yang sekedar ritual tanpa hati adalah ibadah yang tidak dapat membentuk karakter dan integritas dalam diri seseorang. Ibadah yang seprti ini hanya melahirkan pribadi-pribadi cengeng, pengeluh, penakut, pesimis, pengecut dan oportunis yang tidak mampu memikul beban hidup dan ujian dari Allah swt.

Sebaliknya ibadah khusyuk yang menghadirkan hati dan akal serta ibadah yang menjadi sarana "audiensi" antara hamba dan sang khaliq adalah ibadah sejati dan subtantif, ibadah seperti inilah yang dimaksud oleh Fudhail ibnu Iyadh ketika ditanya tentang ibadah terbaik beliau menjawab "ibadah yang ikhlas dan sesuai syariat". (TIM IT PA JEPARA)